Jumat, 26 Agustus 2011

Kecewa






batavia.com - Rasa kecewa dan sesal merupakan situasi bathin manusia. Biasanya, kedua perasaan itu muncul jika situasi bathin tidak sesuai dengan realitas atau harapan.
Setiap orang bisa mengalami kekecewaan bahkan seorang Presiden pun tidak luput dari rasa kecewa dan sesal. Seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kecewa kepada menteri dan gubernur yang memberikannya janji pepesan kosong. Juga partai koalisi yang dianggap tidak mendukung kebijakannya.
Rasa kecewa  merupakan  gambaran otentik kondisi bathin seseorang. Bisa muncul disebakan, karena suatu keadaan yang tidak bisa dikendalikan atau diatur sesuai kehendaknya. Sehingga dirinya merasa tak berdaya dan kemudian melahirkan sebuah kekecewaan.
Faktor realitas obyektif dan faktor  penghayatan subyektif terhadap realitas juga menjadi pemicu timbulnya rasa kecewa. Karena, realitas obyektif yang sama belum tentu melahirkan penghayatan subyektif yang sama pada setiap orang.
Pada umumnya, orang yang mudah  terserang kekecewaan, karena  persepsinya tentang suatu peristiwa  tidak punya landasan atau sandaran keyakinan yang kuat. Serta wawasan yang terbatas dalam memandang masalah dan kurang punya visi ke depan.

Lalu, ada juga yang menyederhanakan persepsinya terhadap sesuatu. Sehingga menganggap semua orang yang berada di sekitarnya harus mengikuti dirinya. Karena merasa dirinya adalah orang yang paling tahu, paling pintar dan paling berkuasa. Persepsi seperti itu membuat perasaannya termanjakan, bahwa semua orang tidak berhak melakukan sesuatu yang mengecewakannya.
Demikian halnya warga Jakarta yang nyaris tidak lepas dari rasa kecewa, kesal dan menggerutu. Karena, setiap hari harus berjuang melawan kemacetan, kesemrautan, ditambah lagi dengan menhalnya rasa aman, nyaman bagi warga masyarakat.
Sementara para pemangku kekuasaan berbeda persepsi dengan masyarakat. Sebab, masalah Jakarta yang menimbulkan rasa kecewa masyarakat dilihat sebagai  milik bersama, dan tidak hanya tanggung jawab pemerintah. Bahkan, Gubernur Fauzi Bowo kerap menganggap enteng, terhadap banjir yang menerpa pemukiman warga dengan menyebutnya hanya genangan air.
Seharusnya, pemerintah merasa kecewa, sesal, karena tidak mampu memberikan rasa nyaman, aman, dan sejahtera pada warganya. Karena, peristiwa dan keadaan yang dialami warga adalah dampak dari kebijakan pemerintah yang tidak tepat.  
Namun, setiap warga Jakarta harus bisa meredam rasa kecewa dengan dua cara. Pertama, tenggelamkan rasa kecewa itu ke posisi yang semakin dalam. Kedua, segeralah  bangun pikiran positif dengan cara menumbuhkan satu kesadaran bahwa segala sesuatu yang telah terjadi, pasti mengandung hikmah dan pelajaran bagi kepentingan perjalanan hidup selanjutnya. Karena, hanya itulah yang dapat dilakukan, saat berada dalam kekuasaan yang tidak mau merasakan kekecewaan warganya.

Minggu, 31 Juli 2011

Kami tidak Menulis Buku, Tapi Kami Mencetak Manusia


Description: http://www.dakwatuna.com/wp-content/uploads/mentoring-siswa-sma-250x205.jpg
Ilustrasi - Mentoring/Halaqah Siswa SMA (flickr.com/array064)
dakwatuna.com -Ikhwah fillah, inilah kira-kira jawaban yang dilontarkan seorang ulama besar, imam Al-Banna ketika ia ditanya oleh salah seorang muridnya, mengapa ia tidak menerbitkan buku untuk menjadi bekal dan pedoman bagi generasi pelanjut nantinya. Setahu saya hanya ada dua buku yang langsung dikarang oleh Imam Al-Banna, yaitu “Memoar Hasan Al-Banna” dan “Detik-detik Hidupku”. Tapi bisa kita lihat saat ini, kader-kader yang dicetak oleh imam Hasan berkarya jauh lebih besar dari hanya menghasilkan karya buku dan kitab, bahkan untuk urusan buku dan kitab, karangan satu orang murid beliau saja mungkin belum pernah habis kita membacanya, Syekh Yusuf
Qaradhawi.
Lontaran jawaban yang mengatakan “Kami Tidak Mencetak Buku, Tapi Kami Mencetak Manusia”, menurut hemat saya pribadi bukanlah satu bentuk penolakan atau ketidaksetujuan beliau tentang karya mencetak buku dan kitab. Saya yakin beliau bangga terhadap penerusnya yang telah menghasilkan ribuan buku, seperti Syekh Yusuf Qaradhawi, Jumu’ah Al-Amin, Musthafa Masyhur, dll. Tapi beliau hanya ingin menekankan, ada satu pekerjaan besar kita, yang sesungguhnya lebih besar daripada amal menghasilkan karya tulisan, yaitu amal “menulis” manusia, amal mencetak manusia.
Jika kita perhatikan dakwah semenjak zaman Rasulullah, salah satu inti penting dari dakwah adalah pertambahan jumlah kader dan pendukung dakwah, dan kita tidak bisa menafikan ini. Yang saya pahami salah satu parameter keberhasilan dakwah adalah bertambahnya jumlah orang yang menerima dan dibina di jalan dakwah. Lihatlah bagaimana pertumbuhan dakwah Rasulullah, satu orang beliau di awal risalah kenabian, menjadi 124.000 orang pada saat haji Wada’. Kita bisa menghitung rataan pertumbuhan kader dakwah yang dibangun Rasulullah dari tiap perjalanan waktunya.
Pekerjaan dakwah ini tak bisa berhenti pada tahapan , menyampaikan saja, tapi ia harus dilanjutkan sampai membentuk manusia, dan seterusnya. Kerja dakwah ini tak bisa hanya berhenti sampai di titik mengajarkan bagaimana cara shalat yang benar, tapi harus berlanjut bagaimana agar shalat ini benar-benar integrated dalam kehidupan manusia. Kerja dakwah kita tak boleh berhenti sampai mengajarkan cara membaca Al-Qur’an yang benar saja, tapi harus terus berlanjut sampai Al-Qur’an benar-benar menjadi pedoman tiap langkahnya. Kerja dakwah tak bisa cukup sampai hanya menyampaikan satu sisi Islam saja, ibadahkah, fiqihkah, tapi ia harus terus berlanjut agar orang benar-benar paham Islam secara komprehensif.
Satu pekerjaan besar yang harus dilakukan seorang kader dakwah, yang menurut saya adalah harga mati, ialah membina dan “menulis” manusia, mentarbiyah manusia. untuk menghasilkan kader-kader baru yang tangguh dan mumpuni. Menghasilkan kader-kader dakwah baru yang benar-benar paham Islam secara komprehensif. Pekerjaan membina manusia bagi seorang kader dakwah, adalah satu hal niscaya yang ia harus lakukan , jika ia memahami dan meneladani dakwah Rasulullah dan orang-orang shalih sebelumnya. harusnya tak ada lagi kalimat yang terlontar dari seorang kader dakwah “saya tidak mau pegang mentoring” atau “saya malas pegang mentoring” atau “saya belum sanggup meng-handle kelompok mentoring”.
Tentu kita harus pula memahami membina manusia dalam kerangka dan lingkup seperti apa. Jika kita simak Firman Allah dalam QS As-Syu’raa : 214 “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” dan firman Allah dalam QS At-tahrim : 6 “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”. Membina manusia haruslah kita mulai dari lingkungan terdekat kita, mentarbiyah diri sendiri dengan tarbiyah dzatiyah, mentarbiyah keluarga, dan terus pada lingkungan yang lebih luas. Jangan sampai tarbiyah yang kita lakukan sudah melebar ke mana-mana, tapi kita melupakan tarbiyah pada keluarga.
Dan pada akhirnya kita bisa bayangkan bagaimana luar biasanya kondisi masyarakat sekian waktu yang akan datang, jika semua kader dakwah memahami esensi “menulis” manusia ini.
Terakhir saya mengingatkan bagi diri saya pribadi dan untuk kita semua, mulai dan lanjutkanlah pekerjaan kita “menulis” manusia, pekerjaan mentarbiyah manusia agar dakwah dan Islam ini benar-benar membumi menjadi rahmatal lil ‘alamiin. Jangan lagi ada di antara kita yang masuk golongan kaum “qaa’idiin”, yang duduk-duduk saja, jangan sampai kita hanya melihat dan menyaksikan saudara-saudara kita menunaikan tugasnya menulis manusia, tapi kita diam saja, jangan sampai title “pengangguran harakah” tersemat indah di pundak kita. MARI MEMBINA
Semoga Allah selalu merahmati kita dengan iman dan keistiqamahan.
Wallahu’alam bis shawab
-hamasah-

Senin, 25 Juli 2011

Wudhu dan Kesehatan Rohani

      Ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudhu dengan menjelaskan bahwa daerah-daerah yang dibasuh air wudhu memang daerah yang paling sering berdosa. Kita tidak tahu apa yang pernah diraba, dipegang, dan dilakukan tangan kita. Banyak pancaindera tersimpul di bagian muka.
Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong, memaki, dan membicarakan aib orang lain. Apa saja yang dimakan dan diminum. Apa saja yang baru diintip mata ini, apa yang didengar oleh kuping ini, dan apa saja yang baru dicium hidung ini? Ke mana saja kaki ini gentayangan setiap hari? Tegasnya, anggota badan yang dibasuh dalam wudhu ialah daerah yang paling riskan untuk melakukan dosa.
     Rasul SAW menyatakan, wajah orang yang berwudhu itu akan senantiasa bercahaya. Rasulullah akan mengenalinya nanti pada hari kiamat karena bekas wudhu. “Umatku nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan kakinya karena bekas wudhu.”
Muhammad Kamil Abd Al-Shomad, yang mengutip sumber dari Al-I’jaz Al-Ilmiy fi Al-Islam wa Al-Sunnah AlNabawiyah, menjelaskan bahwa manfaat semua hal yang diperintahkan dalam wudhu sangatlah besar bagi tubuh manusia. Mulai dari membasuh tangan dan menyela-nyela jari, berkumur-kumur, memasukkan air ke dalam lubang hidung, membasuh muka, membasuh kedua tangan sampai siku, mengusap kepala, membasuh telinga, hingga membasuh kaki hingga mata kaki.
        Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) dalam bukunya Lentera Hidup menuliskan keutamaan wudhu. “Sekurang-kurangnya lima kali dalam sehari-semalam setiap Muslim diperintahkan untuk berwudhu dan mengerjakan shalat. Meskipun wudhu belum lepas (batal), disunahkan pula memperbaharuinya. Oleh ahli tasawuf, diterangkan pula hikmah wudhu itu. Mencuci muka artinya mencuci mata, hidung, mulut, dan lidah kalau-kalau tadinya pernah berbuat dosa ketika melihat, berkata, dan makan.
        Mencuci tangan dengan air seakan-akan membasuh tangan yang telanjur berbuat salah. Membasuh kaki dan lain-lain demikian pula. Mereka memperbuat hikmat-hikmat itu meskipun dalam hadis dan dalil tidak ditemukan. Tujuannya adalah supaya manusia jangan membersihkan lahirnya saja, sementara batinnya masih tetap kotor. Hati yang masih tamak, loba, dan rakus, kendati sudah berwudhu, maka wudhunya lima kali seharisemalam itu berarti tidak berbekas dan tidak diterima oleh Allah SWT, dan shalatnya pun tidak akan mampu menjauhkan dirinya dari perbuatan fakhsya’ (keji) dan mungkar (dibenci).”
       Buya Hamka menambahkan, wudhu itu dapat menyehatkan badan. “Kita hidup bukanlah untuk mencari pujian dan bukan pula supaya kita paling atas di dalam segala hal. Meskipun itu tidak kita cari, kalau kita senantiasa menjaga kebersihan, kita akan dihormati orang juga.”

Selasa, 19 Juli 2011

Disudut Malam Bisu

Disudut malam bisu
Kita termenung
Akan sebuah perjalanan
Sebuah petualangan

Disini kuberdiri sendiri
Di sana kaupun sendiri
Dan kami saling menanti
Menyakini perasaan ini
Menyakini hati ini

Sebuah jiwa yang entah kemana
Entah mengapa, menggapai relung kami
Mengajak berbincang
Berbagi rasa
Berbagi cinta

Sadarkah
Bahwa kita
Sebenarnya menyatu
Tanpa kau dan aku bicara
Bahkan disaat kita saling bermusuhan
Mecemburui keadaan

Dalam doa ini kuberharap
Untuk kita....untuk semua
Untuk cinta yang ALLAH berikan
Untuk rasa sayang yang tuhan persembahkan
Untukmu disisiku....selamanya

(AA)

Senin, 18 Juli 2011

Pacaran Dalam Pandangan Islam


a. Islam Mengakui Rasa Cinta
Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.
“Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik .”(QS. Ali Imran :14).
Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mengejwantahkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semau itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik.
Rasulullah SAW bersabda,”Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku”.
b. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal
Namun dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat.
Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji muluk-muluk lewat SMS, chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung-jawab yang disaksikan oleh orang banyak.
Bahkan lebih ‘keren’nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan ‘pengayomnya`. Bahkan `mengambil alih` kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya.
Dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu `the real gentleman`. Karena dia telah menjadi suami dari seorang wnaita. Dan hanya ikatan inilah yang bisa memastikan apakah seorang laki-laki itu betul serorang gentlemen atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali. Beraninya hanya menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi the real man.
Dalam Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, cium dan juga seks. Sedangkan di luar nikah, Islam tidak pernah membenarkan semua itu. Kecuali memang ada hubungan `mahram` (keharaman untuk menikahi). Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya monopoli agama Islam saja, tapi hampir semua agama mengharamkan perzinaan. Apalagi agama Kristen yang dulunya adalah agama Islam juga, namun karena terjadi penyimpangan besar sampai masalah sendi yang paling pokok, akhirnya tidak pernah terdengar kejelasan agama ini mengharamkan zina dan perbuatan yang menyerampet kesana.
Sedangkan pemandangan yang lihat dimana ada orang Islam yang melakukan praktek pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia memang telah terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam yang nota bene masih sangat kental dengan keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar-benar telah dilanda degradasi agama.
Barat yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari hedonisme dan permisifisme ini. Sehingga kalau pemandangan buruk itu terjadi juga pada sebagian pemuda-pemudi Islam, tentu kita tidak melihat dari satu sudut pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini juga terjadi pada agama lain, bahkan justru lebih parah.
c. Pacaran Bukan Cinta
Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berentu sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemua langsung.
Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada ketentuan tentang kesetiaan dan seterusnya.
Padahal cinta itu memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.
d. Pacaran Bukanlah Penjajakan / Perkenalan
Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.
Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,”Wanita itu dinikahi karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa’ fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha’ Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)
Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.
Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebaga ta’aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.
Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemua dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.
Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya sebuah penyesatan dan pengelabuhan.
Dan tidak heran kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.^^

Kisah Cinta Paling Indah ^^

Sahabatku sekalian, taukah kalian arti cinta sejati ? Apakah sahabat pernah mendengar atau mengetahui kisah cinta Qais dan Laila atau kisah cinta Romeo dan Juliet ataukah Laila dan Majnun ?

Apakah kisah cinta seperti itu yang dikatakan sebagai kisah cinta sejati ? Seperti yang sahabat ketahui bahwa kisah cinta mereka tidaklah berakhir di pelaminan bahkan rela mati demi cintanya.

Lalu, cinta seperti apakah yang dikatakan sebagai cinta sejati. Cinta sejati antara dua insan adalah cinta yang terus abadi dalam setelah pernikahan yang berlandaskan atas kecintaan mereka kepada Sang Pemilik Cinta yaitu Allah 'Azza Wa Jalla. Walaupun salah satu meninggal, namun cinta sejati ini terus saja abadi. Kisah cinta siapakah yang begitu indah ini ?

Kisah cinta yang paling indah ini siapa lagi yang memilikinya kalau bukan kisah cinta Junjungan kita, Muhammad Saw kepada Khadijah ra.

Sungguh sebuah cinta yang mengaggumkan, cinta yang tetap abadi walaupun Khadijah telah meninggal. Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah Saw. Wanita ini bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah ? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar."

Sambil menangis Rasulullah Saw menjawab, "Masih adakah orang lain setelah Khadijah?"

Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad Saw untuk menikah, maka pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi Muhammad Saw menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi Saw, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal.

Pada masa penaklukan kota Makkah, orang-orang berkumpul di sekeliling Beliau, sementara orang-orang Quraisy mendatangi Beliau dengan harapan Beliau mau memaafkan mereka, tiba-tiba Beliau melihat seorang wanita tua yang datang dari jauh. Beliau langsung meninggalkan kerumunan orang ini. Berdiri dan bercakap-cakap dengan wanita itu. Beliau kemudian melepaskan jubah Beliau dan menghamparkannya ke tanah. Beliau duduk dengan wanita tua itu.

Bunda Aisyah bertanya, "Siapa wanita yang diberi kesempatan, waktu, berbicara, dan mendapat perhatian penuh Nabi Saw ini?"

Nabi menjawab, "Wanita ini adalah teman Khadijah."

"Kalian sedang membicarakan apa, ya Rasulullah?" tanya Aisyah

"Kami baru saja membicarakan hari-hari bersama Khadijah."

Mendengar jawaban Beliau ini, Aisyah pun merasa cemburu. "Apakah engkau masih mengingat wanita tua ini (Khadijah), padahal ia telah tertimbun tanah dan Allah telah memberikan ganti untukmu yang lebih baik darinya?"

"Demi Allah, Allah tidak pernah menggantikan wanita yang lebih baik darinya. Ia mau menolongku di saat orang-orang mengusirku. Ia mau mempercayaiku di saat orang-orang mendustakanku."

Aisyah merasa bahwa Rasulullah Saw marah. "Maafkan aku, ya Rasulullah."

"Mintalah maaf kepada Khadijah, baru aku akan memaafkanmu." (Hadits ini diriwayatkan Bukhari dari Ummul Mukminin Aisyah)

Sahabatku, apakah mungkin ada cinta seperti itu, yang dapat terus abadi setelah orang yang dicintai meninggal 14 tahun yang telah lewat ? Yupz, karena cinta ini tidak pernah didahului hubungan haram dan karena ketaatan kepada Allah menjadi dasar dalam rumah tangga ini. Rumah tangga yang selalu dihiasi dengan dzikir kepada Allah, bukan rumah yang digunakan untuk mengingat setan.

Bagaimana pendapat kalian, sahabat muda sekalian, apakah kalian tidak ingin menjadikan rumah tangga kalian seperti ini ?. Suami membaca Al-Qur'an bersama istrinya. Betapa agungnya ketika anak-anak mereka turut serta membaca Al-Qur'an.

Menjelang waktu Shubuh tiba, si istri membangunkan suaminya untuk melaksanakan shalat Shubuh. Suami melaksanakan shalat Qiyaam al-lail 2 rakaat bersama istrinya. Seperti apa rumah ini ? Indah nian bukan ? betapa manisnya, betapa indah cinta di dalam rumah tangga ini.

Cobalah, pasti kalian dapat menemukan segalanya berubah, cinta pun bertambah, dan Allah melimpahkan berkah-Nya kepada kalian.

"Menikah jauh lebih baik daripada pacaran"

CANGKUANG - GARUT

Candi Cangkuang - Garut

Candi Cangkuang adalah sebuah peninggalan candi Hindu abad VII-VIII terdapat di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda

Daerah Cangkuang merupakan suatu obyek wisata di dataran tinggi berupa danau, Kampung Pulo dengan rumah adatnya, dan sebuah bangunan candi pada sebuah "pulau" di tengah danau. Pulau tersebut sebetulnya mirip sebuah semenanjung yang menjorok ke arah timur ke tengah danau. Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat. Dari jalan raya Nagrek-Garut, pada jarak sekitar 9 km dari simpangan Nagrek-Tasik-Garut yang menuju
Arca Siwa dari Candi Cangkuang
ke arah kota Garut, setibanya di Leles sebelum alun-alun kemudian membelok ke kiri ke arah Desa Cangkuang dan Kampung Ciakar. Dari pertigaan ini perjalanan dapat dilanjutkan dengan kendaraan roda empat , ojek, delman, maupun berjalan kaki sejauh 3 km.
Setibanya di Desa Cangkuang, untuk mencapai lokasi obyek wisata yang terletak di tengah "pulau" dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor roda dua (ojek) atau berjalan kaki melalui pematang sawah. Dari Kampung Ciakar yang letaknya 1,25 km. dari Desa Cangkuang, perjalanan dapat dilanjutkan menuju obyek wisata dengan naik rakit bambu menyeberangi danau.
Candi ini berada di tengah danau seperti Pura Ulundanu di Pulau Bali ,mengunjungi candi ini ibarat pepatah mengatakan sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui karena selain melihat situs candi kita juga dapat menyaksikan rumah adat kampung Pulo yang keasliannya tetap terjaga dari jaman kejaman,lalu kita dapat merasakan kesejukan alami dan dari getek/perahu rakit sembari menyeberangi danau kita bisa menyaksikan panorama sekitar danau Cangkuang yang sangat indah ,Setibanya di Pulau Panjang lokasi Candi kita dapat melihat taman alam yang terdiri dari pohon Tereup,Beringin dan Randu yang berdaun lebat dan rimbun serta menyaksikan keindahan Gunung Haruman ,Mandalawangi dan Guntur yang menjulang Tinggi,menjadikan suasananya semakin eklusif dan eksotis
Bagi anda yang menyukai akan sejarah jangan kuatir dilokasi ini terdapat sebuah museum yang dapat memberikan keterangan lengkap untuk anda
Fasilitas yang ada di daerah ini :
  • Mushola/Masjid
  • Wisma /hotel berbagai type untuk menginap
  • Pramuwisata/guide lokal
  • Pusat Informsi dan Museum
  • Perahu untuk menyusuri danau
  • Kios Cinderamata
  • Areal Parkir luas
  • Taman
Harga - Harga :
  • Tiket Masuk Rp 2.000